Izinkan saya merangkum sebuah kisah, dalam mengenang
perjalanan kecil kami, perindu gunung…
Momentum
17 Agustus 2014, memang saat yang tepat menemuimu kembali. Berada di puncak, mengibarkan
Sang Saka Merah Putih. Berdo’a, mengenang
perjuangan jasa Para Pahlawan dalam membebaskan negeri ini, menyelami makna
kemerdekaan selama 69 tahun yang telah kami nikmati, menaklukan keangkuhan
diri, belajar dan mengambil hikmah dari kehidupan alam, serta melepas rindu
menemuimu. Pada akhirnya pilihan kami jatuh pada Gunung Guntur 2.249 Mdpl.
Guntur, salah satu gunung dengan kekhasannya, yang
juga menawarkan keindahan pesona alam. Ia menjadi bagian, salah satu pasak di
bumi Garut, ditemani oleh dua sahabatnya, Cikuray dan Papandayan.
Guntur terletak
dikabupaten Garut, Jawa Barat. Kampung Dukuh, desa Pananjung, kecamatan Tarogong Kaler. Ada dua sumber mata air yang
mengaliri Gunung Guntur, Cipanas (sumber mata air panas) dan Citiis (sumber
mata air dingin).
Berempat kami memulai perjalanan ini, semuanya wanita.
Minim dalam pengalaman tapi sangat rindu pendakian.
Senin, 11 Agustus 2014
Sebenarnya bukan karena nekat, pada dasarnya rencana
ini sudah terumus sejak bulan Mei. Awalnya, banyak yang antusias namun yang
tetap bertahan, hanya kami berempat. Perlu persiapan matang untuk menuju ke
Guntur. Berdasarkan informasi yang kami kumpulkan, di sana minim sumber air,
cuacanya panas, tandus, dominasi savanna,
Trek ekstrim bebatuan juga pasir
hitam, dan banyaknya pencurian atau garong
yang dilakukan oleh segelir orang-orang tak bertanggung jawab yang mencari
keuntungan dalam keterbatasan para pendaki.
Trip pendakian pun bolak-balik kami pertimbangkan, dari gunung yang akan di
daki, perlengkapan logistik, guide
dan transportasi. Kebimbangan menyergap kami, akan kah Guntur dapat kami temui?
Atau mencari alternatif pendakian ke Gunung lain.
Rabu, 13 Agustus 2014
Sore ini, diskusi kecil di Masjid terfokus pada dua
gunung yaitu Guntur dan Papandayan, tapi masih saja berputar-putar tentang
kelebihan dan kekurangan, mengukur kesesuaian dengan kapasitas kami sebagai
pemula.
Sambil mengumpulkan informasi pendakian dari
berbagai akun, dan Alhamdulillah… akhirnya Allah SWT menunjukkan jalan, kami
sepakat bergabung dengan kawan-kawan pendaki Jabodetabek, dengan Trip gunung Guntur, dan tentunya ini
sesuai tujuan awal kami.
Saatnya perindu menyapa, dengan semangat lantang,
“Guntuuuuuuuuurrrr…. Kami dataaaaaaang…!!!!”.
Jum’at, 15 Agustus 2014
![]() |
Menuju G. Guntur |
Sesuai Kesepakatan Pukul 10.00 WIB,
kami tiba diterminal Kampung Rambutan, di sana sudah menunggu sekitar 15
orang, saling berkenalan satu persatu
dengan teman-teman baru, komunitas baru. Pukul 10.59 WIB, Bis jurusan Kampung
Rambutan-Garut melaju, mengantarkan kami menemui pesona Guntur.
Sampai di SPBU Tanjung pukul 15.35 WIB, melaksanakan
sholat, istirahat sejenak, membeli kebutuhan logistik yang kurang dan menunggu
truk pasir sewaan yang akan mengantarkan kami ke penambangan pasir di kaki gunung
Guntur.
Trek Menuju Kaki Guntur |
Pukul 16.00 WIB, truk kami datang.
Saatnya melewati perjalanan yang penuh sensasi, jalur yang ekstrim, terjal
berliku. Berada di bak truk tentunya wajib berpegangan ekstra kencang, kalau tak ingin terhembas jatuh. Tubuh tergoncang,
terlempar kekanan-kekiri, kebelakang-kedepan, seru sekali.
Apalagi jalan yang kita lalui
sangat sempit, kadang menanjak, menurun dan bertemu tikungan tajam berliku. Sopir
truk tampaknya sudah sangat lihai menguasai medan ini, sesekali menaikan
tekanan gas akibat ban yang ambles terjerembab masuk ke pasir atau tiba-tiba
mundur kembali karena jalan hanya muat satu truk, legowo ati (berlapang dada) bergantian melewati jalan, agar truk
tak beradu lintasan.
Truk Pasir Sewaan |
Bersiap memulai pendakian |
Pukul 16.50 WIB kami sampai di penambangan pasir di
kaki gunung Guntur, dari kejauhan tampak air terjun Citiis menyembul indah,
diiringi gemericik air. Terasa ada oase
diantara tandusnya alam sekitar.
Setelah berdo’a, memohon perlindungan dan
keselamatan kepada Allah SWT, kami memulai pendakian menuju Pos I, II dan III (Pos Volunteer
Camping), mengikuti jalur air Curug Citiis.
Alhamdulillah… Pos I telah terlewati, saat tiba di
Pos II pukul 17.41 WIB, dan masih mengikuti aliran sungai. Sejenak kami
beristirahat, mengumpulkan tenaga sambil mengisi botol-botol minuman yang
kosong, kemudian melanjutkan kembali perjalanan.
Ditengah
perjalanan bersiap mengunakan head lamp
karena hari mulai gelap dan kabut mulai pekat. Akhirnya pukul 18.38 WIB sampai
juga di Pos III. Terlihat berdiri
sebuah tenda yang didiami beberapa relawan peduli Guntur, tertera tulisan menyambut
kedatangan kami, “Pos Volunteer Camping Wajib Lapor”, di
pos tersebut kami dan semua pendaki yang akan menuju puncak, wajib melapor,
mengisi buku registrasi dan di Pos III ini merupakan sumber air terakhir.
Makan Siang plus Malam |
Himbauan lewat
banner “Gunung Bukan Tempat Sampah”, ditempel pada sebuah batu besar, dan
disediakan juga karung-karung plastik bagi pendaki, yang tidak membawa trush bag. Berfungsi untuk menyimpan
sampah mereka, selama di puncak. Di Pos ini, sudah menunggu empat orang rekan
kami, sehingga jumlah tim semakin bertambah menjadi 23 orang, 10 wanita dan 13 orang
laki-laki. Kami memutuskan Camp di
sini.
Pukul
20.00 WIB, cuaca kembali cerah, memang tak bisa diprediksi cuaca di Guntur. Bulan
bintang telihat menerangi gunung, bahagia bisa menikmati tebaran kerlap-kerlip
lampu dari kota Garut. Kami bergegas mendirikan Tenda dibantu bang Ilman,
dilanjutkan bersih-bersih, makan bersama dan beristirahat. Menu makan malam,
ternyata cukup istimewa untuk level
alam rimba, nasi putih, ayam bakar, tempe oreg, sarden, telur dadar dan susu
jahe hangat, (Alhamdulillah… bisa sumringah
kembali).
Sabtu, 16 Agustus 2014
Dingin dan segarnya air Curug Citiis, tak
mengendurkan semangat kami menunaikan sholat subuh berjama’ah.
G. Cikuray terlihat dari kaki Guntur, Pos III. |
Pukul 05.30 WIB, munculnya mentari semakin
memperjelas pesona Guntur di Pagi hari. Padang savanna bagaikan permadani yang luas, berwarna kuning keemasan
terhampar di sepanjang lembah menuju puncak. Ilalang yang tumbuh subur, pinus,
cemara dan cantigi berjajar sangat
cantik. Anggrek hutan dengan kelopak putihnya yang menawan serta dari kejauhan
tampak dua sahabat, yaitu Gunung Cikuray menjulang lancip, kokoh menembus awan,
Papandayan pun tak luput mengikuti. Subhanallah, Walhamdulillah Wallailaha
illah, Wallahu Akbar. Sungguh cantik Negeri ini.
Baru beberapa jam, pesona alam Guntur telah banyak
bercerita, menjadikan cermin untuk saya dan teman-teman bermuhasabah. Mengutip firman Allah SWT dalam surat Lukman ayat 10
dan surat Ar-Rahman ayat 5-13 yang artinya yaitu :
“Dia menciptakan langit tanpa tiang
sebagaimana kamu melihatnya, dan Dia meletakkan gunung-gunung (dipermukaan)
bumi agar ia (bumi) tidak menggoyangkan kamu, dan memperkembangbiakkan segala
macam jenis makhluk bergerak yang bernyawa di bumi. Dan kami turunkan air hujan
dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.”
(Qs. Lukman : 10)
“Matahari dan bulan beredar menurut
perhitungan, dan tetumbuhan dan pepohonan, keduanya tunduk kepada-Nya. Dan
langit telah ditinggikan-Nya dan Dia ciptakan keseimbangan itu, agar kamu
jangan merusak keseimbangan itu. Dan
tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi
keseimbangan itu. Dan bumi telah
dibentangkan-Nya untuk makhluk-Nya. Di dalamnya ada buah-buahan dan pohon kurma
yang mempunyai kelopak mayang. Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga
yang harum baunya. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”. (Qs.Ar-Rahman:5-13).
Allah SWT menganugerahkan Indonesia, alam yang kaya,
subur dan indah. Namun penebangan pohon, penambangan pasir liar, penjarahan fauna dan flora langka yang di lindungi masih saja dilakukan. Bahkan sampah
yang di tinggalkan pendaki di gunung atau hutan juga menambah panjang deretan
masalah, penyebab semakin rusaknya alam. Bersyukur, disini masih ada sekumpulan
manusia yang peduli kelestarian alam dialah Volunteer Gunung Guntur.
Pendaki bergerak menuju Puncak |
Siang
ini, tak banyak aktifitas yang kami lakukan di Camp, menikmati segarnya air Citiis, membantu menyiapkan santap
siang, beribadah, dan berbincang-bincang sambil melihat pendaki yang tak
henti-hentinya berlalu-lalang naik dan turun puncak Guntur, setelah mereka
melapor kemudian mengisi air, lalu meneruskan perjalanan ke puncak.
Layaknya Hajatan besar, Guntur didatangi banyak
pendaki hari ini, seolah mereka juga tak ingin ketinggalan
melewati moment tujuh belasan di
puncak. Semakin siang, cuaca semakin terik, panas membakar kulit. Salut untuk
para pendaki yang memulai pendakian ke puncak, pada siang hari. Tentunya butuh
perbekalan air banyak dan stamina prima untuk sampai kesana.
![]() |
eksperimen bang fikar |
![]() |
Nikmatnya makan bersama |
Terlihat Bang Ikar, sibuk menyiapkan
menu spesial siang ini, Nasi putih, Capcay,
Telur dadar, kerupuk dan cemilan Jamur goreng Crispy, cuci mulutnya buah pir, lagi-lagi saya tertegun sungguh
istimewa menu pendakian kita kali ini, namun lambung rasanya tak mampu banyak
menampung makanan, proses penyesuaian dan ‘panggilan alam’ sulit diabaikan.
Hee…
Sorenya, Bang Ikar mencoba menu baru Pizza toppings Jantung Pisang, sepertinya kekayaan alam Guntur ingin dieksplornya, “silahkan dicoba tapi jangan
di hina ya…”, ujarnya. Walau rasanya asin, tapi nyatanya habis, antara doyan
sama lapar beda tipislah,hee…
Ahad, 17 Agustus 2014
Pukul 00.00 wib, tim memulai pendakian ke puncak. Seluruh
barang bawaan kami tinggal di Pos III, hanya perlengkapan yang di butuhkan yang
kami bawa. Jaket, sarung tangan, syal, head
lamp, trekking pole, dan perbekalan
kecil di dalam day pack. Udara terasa
dingin dan kabut juga bertambah pekat, rasa kantuk dan lapar seolah terlupakan
karena ketegangan untuk pendakian.
Setelah berdo’a bersama, kami memulai pendakian
menuju Puncak I membawa Sang Merah Putih berkibar di Puncak tertinggi Guntur,
Pemegang Panji Bang Apul, yang lainnya berjaga-jaga ditiap sisi barisan.
Trip
menuju ke puncak sangat ekstrim, pandangan yang terbatas karena pekatnya kabut,
konsentrasi harus selalu terjaga, waspada kalau-kalau ada reruntuhan bebatuan
yang datang dari atas, belum lagi terjal dan tingkat kemiringan gunung mencapai
60 derajat, sehingga memperberat langkah.
![]() |
Persiapan upacara |
Agak licin di beberapa jalur, karena bebatuan
bercampur kerikil dan pasir yang mudah rapuh bila diinjak, sering kali saya
terjerembab dan kerikil itu masuk di sela sepatu. Pukul 03.15 WIB akhirnya
sampai di pos bayangan. Terasa sekali gunung ini masih aktif, bisa dilihat dari
asap yang keluar disela-sela bebatuan, tanah yang kami sentuhpun terasa panas,
kontras sekali dengan udara dingin yang mengigit. Beberapa pendaki juga ada
yang Camp disini, padahal cadangan
air yang mereka miliki tidak banyak. Kami memutuskan untuk beristirahat
sejenak, berkumpul di antara tenda pendaki.
Pukul 04.00 wib, mulai melanjutkan perjalanan menuju puncak I, trip sudah mulai datar dan landai. Vegetasi tanaman sudah jarang kami temui lagi, sesekali hanya ilalang, edelweis dan cantigi, kemungkinan kondisi permukaan tanah yang panas akibat aktifitas gunung yang masih aktif sehingga tanaman sedikit tumbuh disini. Pukul 04.50 WIB Alhamdulillah… kami sampai di puncak I, Gema Adzan Subuh melengkapi kebahagiaan kami, terharu bisa menginjakkan kaki disini. Tenda-tenda Pendaki juga sudah banyak berdiri. Setelah bertayamum, kami menunaikan sholat subuh berjama’ah di puncak I, nikmatnya sungguh luar biasa, kawan…
![]() |
Mendung
berkabut, tak tampak sunrise. Pukul
05.30 WIB semua berkumpul, beberapa pendaki sudah mempersiapkan teknis upacara
HUT RI. Ada yang bertugas sebagai pembawa panji Merah Putih, instruktur
upacara, komandan upacara, Master of Ceremonies
(MC), pembaca Pancasila, pembaca UUD’45, pembaca Teks Proklamasi, dirigen lagu kebangsaan dan mengheningkan cipta serta pembaca
do’a.
Selesai upacara bendera |
Dukungan untuk Palestina |
Selesai upacara, saling memberi selamat dan banyak
yang mendokumentasikan kebahagiaannya, berfoto dengan sang Saka Merah Putih,
panji-panji komunitas, menuliskan pesan untuk orang-orang tercinta yang sudah
mereka persiapkan lewat secarik kertas, ada juga himbauan Semangat dan dukungan
untuk Rakyat Palestina.
G. Papandayan terlihat dari puncak I |
Pukul 07.00 WIB, pendakian kami
lanjutkan ke Puncak II. Bila berjalan santai hanya butuh waktu 30 menit untuk
sampai kesana. Tak berbeda jauh dengan puncak I, di puncak II pun ramai dengan
pendaki yang juga mendokumentasikan moment
bahagia ini, dengan panorama jauh terlihat lebih
luas dan tinggi, dibandingkan dengan puncak I. Kumpulan awan putih bergerombol
menutupi kota Garut. Dua sahabat, Cikuray dan Papandayan terlihat kecil. Ingin
rasanya melanjutkan pendakian ke Puncak III namun hari sudah siang, melepas rindu
juga telah tertunaikan dan kami harus bergegas turun.
![]() |
Turun 'Sosorodotan' |
G. Cikuray terlihat dari puncak I |
![]() |
Sampai Jumpa Guntur |
Teringat saat berada di puncak I
saya pun juga tak luput mendokumentasikan kebahagiaan, lewat sebuah banner ucapan, untuk HUT RI ke-69 tahun
dan Milad Relawan RZ cabang Bekasi ke-3 tahun, Relawan
RZ cabang Bekasi usianya memang masih Balita. Layaknya bayi belum bisa apa-apa,
membutuhkan bantuan, dan berada pada fase belajar berinterasi, belajar komunikasi dan belajar mandiri.
Tahun demi tahun terlewati, bergabung di lembaga ini
(red : Relawan RZ), dan berkontribusi di cabang Bekasi, malu rasanya berbangga
memakai atribut ‘Relawan’ tapi belum banyak karya dan usaha yang saya lakukan,
untuk kebaikan diri dan orang sekitar.
![]() |
Happy Milad Relawan RZ Bekasi |
Berharap,
dan tak bosan berharap, semoga hikmah perjalanan ini menjadi cambuk motivasi,
pompaan semangat diri semakin mencintai dan merawat Negeri ini. Negeri
Indonesia, Tanah air beta, Tanah pusaka lewat karya dan usaha kita, salah
satunya melalui lembaga-lembaga kemanusiaan, peduli sesama dengan berbagi
kebaikan lewat aksi kerelawanan.
Mengutip ucapan John F. Kennedy, “Jangan tanyakan
apa yang Negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada
Negaramu!”. Happy milad Indonesia dan Relawan RZ Bekasi, Tak
lupa diakhir kenangan ini, saya ucapan terimakasih dan rasa syukur kepada Allah
SWT, orang tua tercinta, Gunung Guntur dengan kekayaan Alam beserta dua
sahabatnya, Srikandi Tangguh (Lisa, Meysa dan Yuniar), Komunitas Pendaki
Jabodetabek yang sudah mengantarkan kami dengan sehat dan selamat : Bang
Hilman, Bang Encek, Bang Fikar , Yosi, Bang Syaiful/Ipul, Yudi, Bowo, Bunda,
Ika, Mba Jul, Desi, Rani, Bang unet, Sigit dan semuanya. Salam Lestari. Salam
Rimba. Save Palestine. Tetap Semangat Bahagiakan Ummat, Allahu Akbar!. **Nurannida, Bekasi 25 Agustus’14