Kurang lebih dua bulan merumuskan
KEMBARAN (kemah bareng relawan), walhasil saat hari pelaksanaan hanya 9 orang
terkumpul ikut acara ini. Bukan tak ada rencana, namun segala cara telah
dicoba, sampai gonta-ganti lokasi dan formula acara. Bersyukur walau surutnya
minat, tak melemahkan niat untuk terus melangkah mewujudkan KEMBARAN. Begitu
pula, melepas beberapa dari kami, untuk hadir di acara Ngopi (Ngobrol Inspiratif) dan
bulir-bulir kesedihan kembali sesak didada saat melepas relawan kecil yang
fisiknya mulai melemah namun semangatnya kuat membaja ingin ikut KEMBARAN, semua
berpulang pada rencana Allah, terbaik dan penuh hikmah.
Tepat pukul 12.24 wib kereta kami tiba
di stasiun bogor, berlanjut jalan kaki sampai ke BTM (Bogor Trade Mall) kemudian mencarter angkot ke lokasi. Jantung kami
berdebar hebat berulang kali menjaga keseimbangan tubuh yang bolak-balik
limbung karena si sopir mengemudikan mobil bak pembalap formula 1, dan akhirnya
kami bisa bernafas lega mengucap syukur bertubi-tubi saat tiba di lokasi.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzs3ax_1tee4hnQ7w5Ie_N7Fd5e-Xg8wuSwIVcFniu2Mm5L5FjQO2p2BbIC-QVMUuRre502HWYdliZTWVzaODwzKmnpnMF8kOE1lJT4ATERd8bUk91Nj-0b_viwTay_R7VQtOqw50zBli0/s200/1541402397577.jpg)
Bergegas setelah beristirahat, kami melanjutkan acara
mengunjungi satu persatu rumah warga. Beramah tamah, memperkenalkan diri dan
tujuan kami, serta berlanjut memberikan layanan kesehatan gratis berupa cek metabolik,
cek tekanan darah dan menyalurkan kornet superqurban serta biscuit untuk
anak-anak. Nenek Sari Naya adalah salah satu warga, yang usianya telah mencapai
120 tahun, fisiknya sehat, bicaranya masih tegas, jelas dan bersemangat. Beliau
banyak memberikan nasehat-nasehat dan doa untuk kami.
Malam mulai pekat, gerimis dan udara
dingin pun kian menyergap, kami memutuskan kembali ke saung tempat kami
menginap. Sholat isya berjama’ah dan mendengarkan sharing motivasi dari
kordinator relawan bekasi yaitu saudara Unggul, tentang memaknai arti relawan. Beberapa
penyemangat sampai saat ini masih lekat dalam ingatan, “bukan dikarenakan
lamanya kita bergabung di relawan tapi lebih seberapa banyak kita mengambil
peran dan berbuat dapat memberi bermanfaat untuk ummat. In ahsantum ahsantum li anfusikum wa in asa’tum fa lahaa, jika kamu
berbuat baik (berarti) kamu telah berbuat baik bagi dirimu sendiri.. (Qs. 17:7).”
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1aZY3nzpEm4OcaMiZWWVsItuRlgquRa1fB-EjhBS4-LZeWrlp6Ntwqe5bf21TtjSAVDh5rzVOnikq6WGz0saOaw9heHc35K52IM5I67vmhrIQML4nAr8ql1sqGcfX5ul5RsgUNEqT7wwu/s200/1541317206571.jpg)
Pagi harinya, setelah makan dan
bersih-bersih, bersiap kami tracking menuju curug ciampea, melewati perkebunan
sayur, menyusuri sungai-sungai kecil, turun naik bukit dan menerobos hutan di
kaki gunung salak. Rasa capek dan lelah, terobati saat melihat curug ini. Airnya
dingin, karena curah hujan yang deras, menyebabkan arusnya kuat dan kapasitas
air bertambah, sehingga warna air yang biasa terlihat biru kehijau-hijauan dan
bening menjadi agak keruh. Setelah puas bermain air dan menikmati pemandangan,
kami bergegas pulang, melewati jalur yang berbeda. Sempat terjadi insiden cidera
kaki terkilir, mengingat beberapa ada yang baru pertama kali tracking, sehingga
perlu dipapah untuk turun kaki gunung ini.
Menjelang senja, kami kembali
melanjutkan mengunjungi beberapa rumah warga, karena warga disini berada di
rumah pada sore dan malam hari saja, jika pagi dan siang ada yang bekerja di kebun,
berjualan makanan di curug dan gunung. Alhamdulillah dalam waktu yang singkat terdata
48 orang dewasa dan 15 anak-anak mendapatkan layanan kesehatan dan makanan
tambahan dari Rumah Zakat. Walau singkat mengisi akhir pekan kali
ini begitu bermakna. Pukul 23.20 WIB kami tiba di Bekasi kembali lagi ke
rutinitas dengan membawa cerita luarbiasa. Mengutip tulisan seorang sahabat,
“Tertatih dalam kebaikan itu biasa, tapi berhenti melangkah dalam kebaikan itu
bukan kita, tetap melangkah hingga kebosanan itu bosan mengikuti kita, tetaplah
berjalan hingga keletihan itu letih menghampiri kita, tetap berlari hingga
kelelahan itu mendekati kita, kita punya jalan panjang pengukir sejarah kehidupan,
hidup menjadi relawan itu pilihan.”**Nurannida (06/11)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDaSmUwvp-1UG0IB89OdOyyL7v00CIWCIEQl76pj4Xu-bFDSsWaYZAkT7HlpS2i64lRus8QunOHEAZyZ6aMTrges9eFlyUbwSli7vY3gyWScvLy8NPuH3JZJjbR6Hboa4aQfFkNx5NnLvg/s400/1541317194418.jpg)
Kembaran, 03-04 November
2018, Tuk Sobat pejuang, Unggul ronggo nugrah, Solikah Sukamto, Uly MZ, Muhammad Ofan, Farisah (Keponakan tercintah), Angga Ramadhan, Miftahul Muslim, Muhammad
Ikbal, Novia Damayanti, Rani Anggraini, Syifa Fauziah, Marcela, Fahyu
Indrawati, Mang Ojo (my
Hero) dan warga Kp. Kebon kopi ds. gunung bunder bogor.