Rabu, 26 Juni 2013

Siapa saja bisa menjadi Relawan, Relawan milik semua...


Bekasi, Ahad (23/06). Pagi menjelang siang merupakan awal pertemuan dengan relawan - relawan baru, Sebulan lebih merupakan proses waktu yang tak sebentar dalam melaluinya, karena komunikasi kami selama ini hanya terjalin lewat sarana seluler  saja sehingga melalui moment orientasi dan kampus  relawan, yang berlangsung di rumah Alm. Ustad Haris menjadi pilihan paling tepat mengawali perjumpaan kami. Lelah sehabis melaksanakan Senyum Lestari bukan hambatan, karena besar harapan, ingin menjadikan pertemuan ini sebagai bekal untuk mengenal lebih dekat  dan menyambut mereka sebagai saudara-saudari satu perjuangan. Walaupun acara hari ini tak semua relawan baru maupun lama dapat hadir namun Alhamdulillah kami tetap semangat menjalaninya.
Acara diawali dengan pembukaan, lantunan ayat suci Al-qur'an serta sambutan, kemudian dilanjutkan dengan mengenal  lebih dekat tentang Rumah Zakat serta Relawan nya, bersama  Bapak Indrayanto (BM cab. Bekasi), Randy Prayitno (Korel Bekasi) dan kawan-kawan Relawan lainnya, acara dibuat seakrab mungkin, sederhana dan kekeluargaan. Makan bersama, sholat berjama'ah, games dan saling berbagi pengalaman dan informasi  tentang kerelawanan.
Sungguh beragam profesi dan aktivitas teman-teman relawan baru saat ini, ada guru SMK, ada Mahasiswa/i, ada Asisten Apoteker , ada Perawat,  ada ibu rumah tangga, ada guru SD, ada karyawan swasta,  ada wirausaha,  dsb. Sehingga menjadi warna tersendiri , ciri bahwa menjadi Relawan  tak terbatasi keahlian dan bidang tertentu saja.
Terharu saat mengetahui ternyata banyak dari teman-teman relawan baru yang sudah menikah, bahkan telah memiliki satu atau dua orang anak, ada yang masih kecil atau pun yang sudah besar-besar, dan lagi-lagi memupuskan anggapan yang pernah saya dengar "bahwa, jadi relawan itu pensiunnya kalau sudah menikah", kenyataannya malah yang bergabung banyak yang sudah menikah dan menjadi Relawan tak terbatas pada status saja. Mereka  termotivasi karena prihatin pada kondisi lingkungan sekitar tempat tinggalnya, yang sangat memprihatinkan, banyak kemiskinan, kriminalitas dan anak-anak jalanan. Dan ada yang  termotivasi ingin menjadi lebih dan bisa bermanfaat  mengisi usia dan waktunya. Subhanallah...
Walaupun terkesan mendadak kami menghubungi  teman-teman relawan baru (H-1) untuk menghadiri acara tersebut, tapi lagi-lagi saya dibuat terkesan karena motivasi mereka dalam upayanya, yaitu saat ada yang jauh-jauh dari Bogor, ada yang dari Cikarang, serta Tambun meluangkan waktu ke Bekasi demi menghadiri  acara yang kami buat,  ada yang pulang kuliah, sehabis bekerja, selesai menghadiri acara keluarga, dan sekelumit lainnya perjuangan mereka, dalam mengawali perjumpaan ini. Padatnya aktivitas tidak menjadi hambatan menjadi Relawan.
Setelah menyaksikan pemutaran Video Ridwan Kamil, teman-teman Relawan baru  diminta menuliskan ide serta mimpi-mimpi mereka , dan tahukah kawan, ada yang mempunyai ide membangun pompa air bersih karena di daerah kumuh dan perkotaan sudah sulit menemukan sumber air bersih, ada yang ingin membangun sebuah sekolah Internasional dengan mengedepankan hafala Qur'an dan masyarakat miskin yang mempunyai potensi, ada pula ingin membangun komunitas bahasa Arab sebagai ciri komunitas muslim yang maju membangun peradaban umat dan ada yang ingin mengembangkan hoby memasaknya sebagai sebuah lahan usaha yang berguna bagi masyarakat dsb.  Dan lagi-lagi, mengunggah saya bahwa melalui aksi kerelawanan bisa melakukan bermacam-macam manfaat...
Teringat artikel sederhana yang pernah saya tuliskan, Relawan menurut saya adalah wujud da'wah terbaru, walau mungkin sekarang sudah bukan hal baru lagi, namun masih saja belum serius kita garap, di era modern ini. Rasulullah telah mencontohkan dan beliau adalah Relawan Allah. Siapkah kita mencontohnya? Relawan tak hanya Ikon kemanusiaan semata, ada tujuan dan cita-cita yang lebih besar dari itu semua, meraih Ridho Illahi. Dan menjadi  Relawan, bisa siapa saja.. tak terbatasi keahlian dsb.. karena Relawan milik semua... Slam TWS. (*Nurannida)

Minggu, 16 Juni 2013

Kematian Hati


Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang mengintainya. Banyak orang cepat datang ke shaf shalat laiknya orang yang amat merindukan kekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa hanya agar dapat segera pergi. Seperti penagih utang yang kejam ia perlakukan Tuhannya.

Ada yang datang sekadar memenuhi tugas rutin mesin agama. Dingin, kering dan hampa, tanpa penghayatan. Hilang tak dicari, ada tak disyukuri. Dari jahil engkau disuruh berilmu dan tak ada izin untuk berhenti hanya pada ilmu.

Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang Allah berikan.Tanpa itu alangkah besar kemurkaan Allah atasmu.

Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyap ditingkah rintih istighfar, kecupak air wudhu di dingin malam, lapar perut karena shiyam atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang.

Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam hatimu tak ada apa-apa. Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka baik orang-orang berhati jernih, bahwa engkau adalah seorang saleh, alim, abid lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri.

Asshiddiq Abu Bakar Ra selalu gemetar saat dipuji orang. “Ya Allah, jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidaktahuan mereka”, ucapnya lirih. (Ust.Rahmat Abdullah, sang Murabbi)