Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang mengintainya.
Banyak orang cepat datang ke shaf shalat laiknya orang yang amat merindukan
kekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa hanya agar dapat segera pergi.
Seperti penagih utang yang kejam ia perlakukan Tuhannya.
Ada yang datang sekadar memenuhi tugas rutin mesin agama. Dingin, kering
dan hampa, tanpa penghayatan. Hilang tak dicari, ada tak disyukuri. Dari jahil
engkau disuruh berilmu dan tak ada izin untuk berhenti hanya pada ilmu.
Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang Allah berikan.Tanpa itu alangkah
besar kemurkaan Allah atasmu.
Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyap
ditingkah rintih istighfar, kecupak air wudhu di dingin malam, lapar perut
karena shiyam atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang.
Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam hatimu
tak ada apa-apa. Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka baik
orang-orang berhati jernih, bahwa engkau adalah seorang saleh, alim, abid lagi
mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri.
Asshiddiq Abu Bakar Ra selalu gemetar saat dipuji orang. “Ya Allah, jadikan
diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau hukum aku karena
ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidaktahuan mereka”, ucapnya lirih.
(Ust.Rahmat Abdullah, sang Murabbi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar