Rabu, 13 Februari 2013

Rekreasi hati, nikmat mensyukuri dan penginggat mati...


 Sore dimushola Ar Rahmah, mushola yang merupakan salah satu sarana yang disediakan rumah sakit ini, ku menikmati derasnya hujan, mengamati gemericik air dipipa, yang jatuh perlahan membentuk kolam – kolam kecil, kemudian meluap membanjiri sudut – sudut taman. Rasanya Dingin angin yang berhembus semakin menciutkan tubuh...
Terlihat keluarga pasien yang khusu’ berdialog meminta pada Sang Pencipta, lantunan ayat – ayat suci terdengar samar – samar syahdu mendayu haru. Ku tenggok disudut kiri, lingkaran kecil saling membagi duka. Lingkaran kumpulan keluarga pasien, sesekali terdengar perbincangan mereka, dan tergelitik hati mendengarkannya, hingga batin berdesah “sungguh, dukaku bukan apa – apa dibanding mereka”. Melihat lengkungan senyum dan riuhnya tawa canda anak – anak, serasa menormalkan kembali hidup mereka, dalam beradaptasi dikehidupan yang baru ini.
Ya, kehidupan di rumah sakit, hunian sementara yang memang bukan tempat semestinya menyuguhkan kenyamanan fisik dan hati, bagi mereka yang berada disana.  Baik itu kisah suka atau duka yang terangkai didalamnya. Walau terbiasa dengan ritme kehidupannya, saya tetap tak tentram. Kejutan – kejutan selalu terangkai bersamanya.
 Kunjungan saya kali ini, Allah ingin memberi potret kehidupan anak – anak, dan orang tua yang sedang pada masa – masa kritis, ada kelainan jantung, kanker, tumor, kelahiran abnormal dsb. Sebelas jam disini rasanya seminggu,he...
Masih terbesit diingatan, saat menunggu antrian diLaboratorium umum, melintas rombongan dokter dan perawat yang sibuk membawa seorang bayi yang baru dilahirkan, dengan selang dan perlengkapan medis, penunjang hidupnya, terlihat si ayah bayi lemas dikursi roda tak kuasa menahan duka, menyaksikan buah hati bertaruh nyawa melawan penyakitnya, setelah itu berikutnya giliran melintas rombongan paramedis dengan pasien, seorang ayah yang telah lanjut usia berbaring ditempat tidur yang juga dilengkapi peralatan medis, dalam keadaan koma. Dan si anak yang tak kuasa menahan tangis. Gambaran kehidupan yang dibolak – balik lakonnya, dan saya saat itu Allah takdirkan giliran menjadi penontonnya. Itulah sedikit gambaran, saat berekreasi hati dirumah sakit rujukan seIndonesia, sarat hikmah dan harapan pada Pencipta kehidupan.
Rekreasi hati, dapat kita rasakan tidak saja di rumah sakit, bisa dipanti asuhan, panti jompo, pedagang pinggir jalan, bahkan sanak saudara yang kekurangan, bukan rekreasi dalam arti hiburan sebenarnya namun, tapi rekreasi yang membawa hati untuk dapat merenungi, merasakan dan menginggatkan diri bahwa kematian begitu dekat dan sehat itu mahal didapat, bisa makan teratur, beristirahat nyaman, ada tempat berteduh, merasakan kasih sayang keluarga, sarana – prasarana canggih yang kadang masih kita keluhkan dan kenikmatan – kenikmatan yang kita rasakan, jauh lebih baik dan beruntungnya kita dibandingkan saudara-saudari yang kekurangan.
Rekreaksi hati kadang, bisa kita lakukan dengan memanfaatkan perjalanan saat pulang, misalnya dimalam hari dengan melihat pinggir – pinggir jalan, menyulusuri pemandangan miris, ada anak – anak, ibu, ayah, manula terlihat mengais – ngais tumpukan sampah. Beberapa berjalan tertatih dengan sorot mata penuh pengharapan, apakah ada ronsokan berharga tersisa untuknya. Sedih, pilu melihatnya, dan rasa syukur yang ku ulang – ulang dalam hati.
Kerasnya jalanan, mendesaknya kebutuhan, memaksa mereka mengais – ngais dimalam yang dingin ini. Hidup dijalanan, didalam gerobak rasanya bukan hal aneh lagi. Akankah kemiskinan yang dirasakan ini berujung suka.
Menurut saya rekreasi hati merupakan suplemen dalam ritme hidup kita, melatih rasa kepekaan, kepedulian dan bila harta berlebih bisa saling berbagi. Gangguan penyakit, cacat fisik, kemiskinan harta merupakan ujian yang Allah berikan, pada hamba – hamba yang Ia kehendaki. Namun ujian tersebut adalah masih lebih baik dibandingkan sakitnya hati, cacatnya ruh, dan miskinnya kebaikan dalam diri kita.
Semoga rekreasi kali ini memotivasi diri banyak bersyukur, dalam keadaan sempit ataupun lapang. Ujian buat seorang hamba, penginggat dan penggugur kesalahan – kesalahan kita dalam hidup didunia ini, yang tentunya dilandasi niat ikhlas menjalani dan kesabaran yang tak bertepi. (Bekasi, 15 Desember 2012, Nurannida**)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar