Hari sudah siang. Tiba-tiba
serombongan orang muncul. Mereka menemui Rasulullah hendak meminta bantuan.
Kondisinya mengenaskan. Tanpa alas kaki. Pakaian mereka sangat compang-camping.
Nyaris sama saja dengan tidak berpakaian. Pedang yang terselempang
bergelayutan, tidak mampu menyamarkan kondisi mereka yang sungguh
memprihatinkan. Orang-orang itu datang dari suku Mudhar. Salah satu suku utama
bangsa Arab.
Wajah Rasulullah berubah. Lantaran
menyaksikan kondisi orang-orang itu yang nampak sangat kesulitan. Maka
Rasulullah memanggil Bilal untuk adzan mengumpulkan orang-orang. Setelah shalat
Rasulullah berkhutbah, menyuruh bertakwa, mengutip beberapa firman Allah. “Hai
sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada
keduanya Allah memperkembang biakan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lainnya, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”.
Juga mengutip ayat dalam surat Al
Hasyr, yang memerintahkan setiap jiwa untuk melihat apa yang telah
dipersiapkannya untuk hari esok. Setelah itu, Rasulullah menyuruh para sahabat
agar berinfaq untuk orang-orang dari suku Mudhar yang menyedihkan itu. Apa
saja. “Dinar, dirham, pakaian, gandum, kurma, bahkan setengah biji kurma
sekalipun,” begitu Rasulullah menjelaskan bahwa mereka bisa menginfaqkan apa
saja yang mereka punya.
Seketika seorang Anshar memilih
menjadi orang pertama yang beranjak. Ia bergegas pergi. Lalu kembali dengan
membawa kantong bantuan. Kedua tangannya bahkan kesulitan membawa kantong itu.
Menyaksikan hal itu, hadirin yang lain kemudian berbondong-bondong mengikuti.
Semua berlomba untuk berinfaq, menolong orang-orang Mudhar yang kesusahan itu.
Akhirnya, terkumpul dua gundukan
besar bantuan. Ada makanan. Ada juga pakaian. Melihat itu Rasulullah sangat
gembira. Lantas bersabda, “Barangsiapa yang memulai suatu sunnah yang baik
dalam Islam, maka baginya pahala dan pahala orang-orang yang mengikuti amal itu
setelahnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang
memulai sunnah kejelekan maka dia menanggung dosanya dan dosa orang-orang yang
mengikuti setelahnya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.”
Inilah kisah royalti pahala di suatu
siang. Yang dengan tegas telah disampaikan oleh Rasulullah. Bahwa barangsiapa
yang memulai sebuah perbuatan baik, kemudian perbuatan itu diikuti oleh orang
lain, maka ia akan mendapat pahala, juga pahala orang-orang yang mengikuti itu.
Sementara pahala orang-orang yang mengikuti
itu tidak dikurangi. Ini royalti yang tidak mengurangi sama sekali
keuntungan para pengikut. Siang hari itu apresiasi untuk seorang pionir telah
diberikan. Bahwa menjadi perintis kebajikan punya tempatnya sendiri dalam
Islam. Bahkan penghargaan itu tidak terputus pada diri pelaku kebajikan itu
sendiri. Tapi juga pada orang-orang yang turut mengikuti jejak yang
dirintisnya. Ini adalah salah satu rumusan dalam ajaran Islam tentang
pembalasan yang tersambung, terus meluas...................................(Tarbawi, Edisi
207).
Semoga semakin banyak
perintis-perintis dan pionir-pionir kebajikan, yang akan terlahir. Karena Para
perintis dan pionir itu selalu ada sepanjang waktu. Bagai daun dimusim gugur
yang jatuh, kemudian tumbuh tunas muda kembali di musim semi. Dari masa ke masa
selalu ada orang-orang yang memilih untuk memulai. Ada yang memilih untuk
melanjutkan. Ada pula yang memilih untuk
terus memelihara, tiap kebajikan-kebajikan yang telah tertoreh, dan semoga kita
adalah salah satunya, orang yang memilih jalan kebaikan tsb. Yuk, kita mengawalinya saat
ini.. Demi mengapai RidhoNya... Demi Islam yang kita cintai.
Tuk Relawan,
Tetap Semangat memberi kontribusi. Dan Tetap Semangat Bahagiakan Umat. Allahu Akbar!!!
Bekasi, 27 april 2013 (Nurannida**)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar