Ide
ini mula-mula dari
Power Ranger n’Friend,
sepertinya mereka galau abis, saat melihat photo-photo saya di Cikuray atau Uly
di Gede, hahaha… *Pedehh
Intinya
kita semua kangen Gunung ajah, titik(.) *Kitaaaa…???akuuurrr…
Allah
SWT, Maha pencipta keindahan…
Mereka
hidup, berdzikir tak kenal lelah, sujud dan taat mengikuti perintah penciptanya.
Kangen mendengarkan mereka bercerita, kicauan burung-burung yang bersahutan,
hembusan angin, tarian pepohonan, perkasanya gunung, kemilau matahari yang
menyinari, gemericik air mengalir, aroma daun bercampur tanah, tetesan embun.
Subhanallah… paduan yang luar biasa indahnya.
Terencana tiga
bulan, sejak Januari hingga pertengahan April , *lamanyaaaa… dan
Alhamdulillah…
akhirnya bisa menjumpaimu, dari trip awal ke Gede-Pangrango, ganti ke Papandayan,
balik lagi ke Gede-Pangrango namun akhirnya Salak yang Allah Ridhoi… (Jodohku,
kata mas lanang heransayah. Hahaha…)
Pengumpulan Informasi
Dimulai
Januari sampai Februari 2014, rencana ke Gede-Pangrango kami urungkan karena
jalur pendakian sementara ditutup, akibat cuaca dan kasus kematian pendaki
pemula. Beralihlah ke Papandayan, di bulan ini fokus kami hanya pada siaga
banjir, sedikit informasi yang tergali untuk rencana pendakian ini. Meletusnya Sinabung
kemudian disusul Kelud, tertahanlah impian kami, apalagi saat mengetahui
Papandayan berada dalam daftar 22 gunung berapi di Indonesia, dengan status
waspada level 2.
Akhir Maret, Back to Gede-Pangranggo.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxf80ncyZCCRCsOLxRUg4hxbgN1tmSynzwZUZrgkgNVDiDxg7OVb9nGPyOwoAfO105_qT9YZmkGV1k7CsuPoi_-q75yWch-EGzp-BERHhiIzRXnZlXY9FiVf11QjO1237gjNWEZTz_u69l/s1600/IMG-20140322-WA0009.jpg)
Tak apalah dengan
kuda besi, cukup berdua saja kami mengawali survei ini, merumuskan kembali
mimpi-mimpi menjumpaimu. Sore yang indah menuju kota bogor, menikmati
khitmatnya sholat Maghrib dan Isya di Masjid Raya Bogor, sedapnya serabi
pisang-keju-susu ada juga yang dikombinasikan dengan durian, ditemani secangkir
kopi susu atau jus jeruk, aah… Ma’nyuz bonus empat jempol, dan kami memutuskan
bermalam di rumah sahabat berbagi kisah.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi99et2zgKR-zwbbrvs0K60RVgu80fUtwF-ctD-RjpZedBW5H13evznEnqtsV4TsuK3VPIbR6VJgErWYxzoyNQAGj76GuBQc_SCS1-FVKkU09Izsk-y5BpxzodUaS7f4efI7Jj4qreRkStQ/s1600/IMG-20140323-WA0007.jpg)
Pagi yang
sejuk di kota Bogor, sedikit terlibat dalam kegiatan kerelawanannya, di sebuah
pesantren bernama Ummul Quro, santriwatinya cantik, lugu dan ramah, euy…
*benerin jilbab sambil ngaca
Dan cukup tau saja
kalau orang bogor bilang deket, padahal arti sebenarnya jauh, apalagi kalau
bilang jauh ya?
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjC-ZIX71nRHzxYwa6t5dMHzKg-IrHxy28foZ3wdFM3zE08mZnrGH4dDT9ZucmvjVHvAYTVeTySCvcfwhTHFvZByybt0PhsSZVkvQvrdOVBAs5Kn4XNDtRDBLc4155Nw4DWm1gA8bsKTQOu/s1600/20140323_163129.jpg)
Setelah sholat Dhuhur
di masjid Al Hurriyyah IPB yang indah, kemudian kami pamit menuju Cibodas,
mendaftarkan diri menemuimu. Dalam waktu lima puluh menit tancap gas,
Alhamdulillah… kami sampai. Karcis retribusi di dae
rah wisata ini cukup
mengelitik, tertulis tiga ribu rupiah persatu orang, tapi kami musti bayar
sembilan ribu, *Nahloh… sisanya kemana tuh? Bapak… Ibu…(gaya Ibel…)
Dibawah karcis
tertulis, “Bisikan Alam : Biarkan aku
tumbuh, Demi masa depanmu yang jaya”.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKlrFjohl9HmfveNIDRxqdd-CzwRh_eXxHr2phQ44lMFz6OEhDU5bNpbhAXKqmFdKAGSJxxFyU-t5Z3EIxxfk-JMnPVoXzpZG9eFRN8mUmMv-jn4jzk21xFqMxsfXIQ1zZ3rvZ7KppmOF-/s1600/20140323_165315.jpg)
Sampai di kantor pendaftaran
lagi-lagi harus menelan kekecewaan, pengajuan pendakian kami, di tolak. Ada
juga calo yang menawarkan pendakian, tapi cukuplah akhiri sejenak perjalanan
ini, mari tutup dengan menikmati nasi soto dan teh hangat, mengulas kembali
cerita-cerita indah di Mandalawangi, sambutan paralayang di Puncak Pass yang
berayun di langit sore, mendarat indah dihamparan kebun teh. Kereeeen…
Menjelang
senja, kami menghubungi Mang Ojo, guide
yang memang sejak awal akan menemani, dalam pendakian ini, harap bisa membantu,
kebuntuan usaha ini, menjumpaimu… dan pendaftaran Gede-Pangrango kami sepakati
lewat jalur Salabintana dan bila tak terwujud, Salak akhir keputusan kami.
April, Go
to Salak I’m comeback again…
Menyiapkan
perlengkapan, menjaga kondisi fisik dan perbekalan, merupakan fokus kami saat
ini. Saya bahagia dan bersemangat, melihat keyakinan dan antusias teman-teman untuk
terus melanjutkan trip ini, walaupun tempat
berganti-ganti, perlengkapan yang belum memadai dan jumlah kami, menjelang
pendakian malah semakin sedikit.
Jum’at, 18 April 2014.
Bismillah… total
jumlah kami, fix dua belas orang, tujuh srikandi, tiga pengawal dan dua
panglimanya. *ups, haha.. tujuh wanita, dan lima laki-laki.
Kereta
merupakan alternatif yang paling nyaman, murah dan mudah yang kami pilih. Bertemu
di stasiun Bekasi, berangkat pukul 07.00 wib, dan sebagian ada yang melalui
stasiun Pondok Kopi. Pukul 09.00 wib, kurang lebih sampai di stasiun Bogor, bertemu
mang ojo dan mang marsya, belanja sedikit perbekalan makanan, kemudian trip dilanjutkan lewat arah timur menuju
jalur Cimelati dekat Cicurug, tepatnya perkebunan murbei dengan carter angkot
yang doyan minum teh gelas,*amajing, bingit…
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVoVtxPwLZVlW9xN_gjvnAyiAdgY5tin8-UiFswCACM8PIbCDiKHLrZlBpn9nBf81KajwW6GXbJPY5WFsjqsP1LU4vsiAgxz9-MVUtyEawy4a4kX6W2A9pf5v40Q9neDkG7Rg1wSQgHZzI/s1600/IMG-20140422-WA0089.jpg)
Pukul 12.00
wib sampailah tempat yang dituju, sholat jum’at, lalu istirahat sejenak di pos
registrasi.
Trip kami mulai pukul
16.00 wib, memasuki rerimbunan hutan Gunung Salak, menerobos semak, melewati
satu demi satu pepohonan yang menjulang, menyusuri jejak, sunyi, sepi dan tak
terlihat seorang pun pendaki, serasa hutan hanya milik kita. Dalam hati, Berharap
semoga pengalaman mistik tahun kemarin tak terulang lagi. *Huwaaa…
Mengawali
langkah dengan do’a bersama, pompaan motivasi semangat, sesekali celotehan yang
mengelitik, dari ibel… ibil dan ubil (bukan nama sebenarnya, sebut saja
begitu,hahaha…).
Tiga jam
perjalanan, Menjelang maghrib, kami sampai di shelter 9, dan bermalam. Tempat
ini merupakan satu-satunya sumber air. Menikmati racikan nasi liwet, ala chef
mang ojo dan sruputan kopi susu, sungguh hutan yang ramah menyambut hangat
kehadiran kami.
Sabtu, 19 April 2014.
Pagi
pukul 07.30 wib selesai cek packing dan
sarapan, kami melanjutkan perjalanan, menuju puncak.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj62ABFynmmPFj0_q8Sc7QsIHOMHHHefdIzAHJnm5E71N-LWJvhnlhJ12h2kBgJp7O-U8Bd9eIAv7QX54Pd-FcT4hyphenhyphenxcRDs1P_tzURtlwMF6snqR1SehATr6qSOde1_RLmbPKZE88OSvn4P/s1600/IMG-20140422-WA0096.jpg)
Gunung
salak, memang bukan gunung tertinggi di Jawa Barat, berada di wilayah kabupaten
bogor dan kabupaten sukabumi, memiliki beberapa puncak, puncak tertingginya
yaitu Gunung salak 1 (2.211 Mdpl). Namun tak mudah mendakinya, jalurnya terjal
dan licin, apalagi di saat musim penghujan, Tragedi Sukhoi masih menjadi
catatan kisah yang terus diulas disana, dan para penziarah selalu berdatangan
tiap bulannya.
Trip menuju puncak banyak diselingi
istirahat, ada 13 pos.
Cemilan,
coki-coki, mie gelas dan energen cukuplah untuk mengobati mata saya yang
kunang-kunang, *hahaha… dan Saya tercatat paling sering istirahat, selalu
terakhir dalam barisan, “santai bin alon-alon
asal teko neng puncak karo mas slamet lorenzo,kawan…” *haha… ngeles…
Pukul 13.00 wib,
Alhamdulillah… sampai Puncak Salak 1,
sumringah… capenya hilang.
Beristirahat
sejenak dan mendokumentasikan sudut-sudut favorit, di puncak salak 1.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_bBO83kWIeuXNfuLqEzfTJeWUDIVFoLBN3xT-Ln12tXZ2txUVRojNPXM02cQuE0Qw9dOCpLMbUyfp_Cptfne9ruW7OQjfGiOZyNQsqXOaefqKRLmiGAXZWPCyJY9kIaZ5I9uw1IQp2YmQ/s1600/20140419_124851.jpg)
Di Puncak
salak 1 terdapat petilasan, Raden KH Moh. Hasan bin RKH Bahyudin Braja, yang
biasa di sebut makam
Embah Salak. Ngeri
mendengar cerita mang ojo (volunteer sukhoi), Tempat lapang kami bernarsis ria
ternyata dahulu tempat meletakkan mayat korban sukhoi.
Makam embah
salak kabarnya juga rusak akibat tragedi tersebut, akibat tertimpa logistik,
tapi kini sudah mengalami perbaikan.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggUYGqnB9GC642v5DAqUhZkoBsCfKzpBuD3HjceAhVNKTmUNZceZZEEfaLG67dXtqeBOZlrjt8T8B9pts1Q8xksbnq_Rvy8wnucnl35k3KMpaDWZheELJ4T00BTbRBUpwWt8seoPHwszw9/s1600/IMG-20140422-WA0014.jpg)
Mendung
berkabut mulai menyelimuti puncak, hujan turun perlahan dan kami bersiap turun
melalui jalur berbeda, menuju
camp kedua,
biasa di sebut Bajuri, kurang lebih jaraknya 5 Km dari puncak. Pukul 13.44 wib
kami beranjak meninggalkan puncak, kostum berganti jas hujan, menuruni jalur
curam, licin bergelayut dengan seutas tambang, tertusuk duri semak merambat,
senantiasa berhati-hati menyusuri jalur ini.
Sisi-sisinya jurang yang tertutupi
lebatnya hutan yang kaya ragam vegetasi hutan hujan tropis, ada kantung semar
dan anggrek. Berbeda di jalur sebelumnya, kami banyak bersua pendaki yang baru
naik ataupun turun. Kemudian melewati rute salak 3 dan salak 4, menyembul kawah
ratu dibawahnya indah nian hamparan pegunungan ini.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiam76o7iSIo9LFTO8TjW9RqpVLOfgJ4GKzLELK8dhR2Y3s3MLkI5jkOu4pzuTciKtA2GbHKt_K2VtTsAzeTCoGiD63a9zZ6PiIQxDGj_vm0Ad4urPPOY3GNGRGd6gPsTN4dZOi4xfNhZgF/s1600/IMG-20140421-WA0030.jpg)
Hari mulai gelap,
lembab, menipisnya oksigen, dingin, lelah dan tentunya lapar, saudara-saudari…
*hahaha…
Melewati
lumpur yang ternyata kubangan babi, belepotan dan kejeblos.*oohh… my God, ga pada bilang padaan…
Menuruni
bebatuan dan pohon tumbang, merosot dan menunduk, bergesas harus kami selusuri berkejaran
dengan waktu, untuk segera mencapai Camp
Bajuri, pukul 23.00 wib belum sampai ditempat yang dituju, sebagian dari kami
sudah limbung kelelahan, bahkan kami sempat terpisah.
Salut untuk
mang ojo dan mang marsya, yang tetap semangat dengan sepatu boot dan carrier
besarnya, ditambah membawa beberapa carrier kami. *My Hero, sodorin bunga. haha…
Pukul 01.00
wib, kami baru sampai di Bajuri, dan bermalam disana. Pusat perkemahan pendaki,
dan tentunya sumber air bersih melimpah ruah disini.
Ahad, 20 April 2014
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikfHtGzzZPRafo_RJ-EDaNt3AA-5P2jjcplHhhyewbFzFlNkazegK28fGmTcS_uqRVajrH9sJaGj4R19Ctw9lYT92tOqODUiYAoGStUFJ6WXhoZ7fgEywHv-W8VOvXbWO3npdTSv-v-tHz/s1600/IMG-20140422-WA0020.jpg)
Hari yang indah,
setelah sarapan dan cek packing, pukul 09.30 wib trip dilanjutkan turun menuju
kawah ratu, gunung Bunder, taman nasional hutan gunung halimun. Berdo’a bersama
dan menyemangati.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsjZHCZv8DdG2JNsOh95SbwToAIeGrqCnI-mgXWwebJBdmCrDuA7-64r-RiV-nmQ8u2xqVAeoSJhAmaUxuy7G6LOpI4gM88UrZRP189xWsaqianDTpFK4rxqRTj5Ed-auOQw9UgyOlDsNm/s1600/IMG-20140422-WA0059.jpg)
Menyusuri aliran
sungai kecil, patok perbatasan kabupaten bogor-kebupaten sukabumi, landasan
helly dan menikmati tanaman perdu hutan hujan tropis, ada begonia yang biasa di makan pada batangnya, asem-asem seperti
belimbing sayur, batang sagu, pakis dan buah haredong (
senggani), rasanya manis, kecil, berbulu dan ungu tua.
Menyusuri sumber mata air, walau landai tetap
harus berhati-hati menyusurinya, sesekali menunduk.
Melewati jalur
kawah mati I dan II, vegetasi tembakau merajai, terjal, agak menanjak, bau
belerang semakin menusuk di jalur ini.
Tak bisa kami berlama-lama menikmati
keindahan kawah Ratu, karena adanya papan peringatan, petunjuk untuk tidak
berjongkok lebih dari 3 menit, karena bahaya ancaman gas beracun. Menyantap agar-agar
dan berphoto, kemudian kami melanjutkan perjalanan. Menyusuri sungai kecil, ada
yang warnanya putih dan hangat pengaruh belerang masih terasa.
Memasuki
hutan, bebatuan yang berlumut dan hujan semakin deras, banyak jalan air yang
kami lewati, banjir dan memotong arus sungai yang deras, tak ada papan petunjuk
disini.
Pukul 16.00
wib, Alhamdulillah… kami sampai jalur barat pintu masuk kawasan Taman Nasional
Gunung Halimun Salak, beristirahat di kediaman mang ojo dan keluarga,
membersihkan diri, sholat maghrib, menikmati makan malam dan berpamitan. Sedih
bercampur senang, meninggalkan gunung ini dan seluruh keindahan di dalamnya,
bertemu keluarga dan orang-orang tercinta, melanjutkan kembali aktifitas dalam
hiruk pikuk kota.
Bagi sebagian
orang berpendapat, mendaki gunung membuang-buang waktu, menantang bahaya,
menakutkan, cari penyakit dsb, saya pun dulu juga berpikir begitu.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjR-0wmtdT2Kis7KVD3nwlxneCE7B6aRIdZtoKwaeTn9pAG6pAgPffhjy20saUrwLLddADxkCPa-60Fv5eHXRF_6YvKebFzxXsWLIz_6onk8Ae8EVX1g4BxwSiFu-1c4uKJrrztU15opB2r/s1600/IMG-20140422-WA0035.jpg)
Alhamdulillah…
saya mendapatkan motivasi dan semangat baru, dalam balutan hikmah, menapaki hijau,
kokoh, tenang dan sejuknya pegunungan ini.
Dan saya
yakin, teman-teman juga mendapatkan motivasi dan hikmah jauh lebih dahsyat dan
tak sesederhana saya…
Menaklukan
kesombongan dan ketakutan, belajar bersabar, bersahabat dengan alam menjaga
kelestariannya, pantang menyerah, banyak mensyukuri nikmat islam, usia, kesehatan,
keluarga yang Allah anugerahkan… terlalu dini memang, saya mengucapkannya apalagi
kedangkalan pengalaman dan ilmu yang saya dapat, bila Allah berkehendak masih
banyak impian saya menjumpai gunung-gunung yang indah di Indonesia.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjvXBOm6tQ7Rfw1Zy6BQcm36HRjhty2nIE-rDBZY847P2z_5YtXcO1-lFZTuncO8QCvDDrclahDb_Sq7DYMGCRw2QbsydjWuue-Hfazkp16aI-cY6I7osSSAwiNw68QaAQnMRJeWSl6IYC/s1600/IMG-20140422-WA0073.jpg)
Bisa mencapai
puncak memang tujuan tiap pendaki, tapi proses mencapainya jauh lebih berharga,
kenangan indah yang menjadi untaian cerita di hari tua. Gasten Rebuffat-
the great alpinist/ahli mountaineering,
1921-1985, Prancis mengatakan “
Manusia
Cuma bisa menjejak puncak, tapi tak pernah bisa menaklukan gunung”.
Terimakasih
untuk semuanya, Allah SWT, do’a ikhlas kedua orang tua, Indonesia tanah air
beta dengan Gunung salak beserta isinya, pejuang tangguh yang menyertai ada uly,
yuniar, desi, kiki, lisa dan marwiyah(rela jauh-jauh dari lampung), zulkifli,
dhani, ikbal, mang ojo-keluarga dan mang marsya. Mohon maaf dan terimakasih…
terimakasih… terimakasih…
Nurannida, 28
April 2014