Bingung itu biasa. Bimbang sudah lumrah. Gundahpun
pernah dialami siapapun, tetapi mampu bertahan
disaat bingung adalah luar biasa, tidak
limbung dan tetap kokoh pada
pondasi hidup yang benar adalah istimewa. Bertahan dan tetap kokoh menjadi
istimewa dan luar biasa memang tidak mudah. Banyak yang jatuh dari puncak
kebingungan tersungkur ke jurang putus asa, karena bimbang tak kunjung berakhir
dalam keputusan hidupnya, menghantarkan rencana ke depan dan menguburkan
harapan – harapan.
Kebingungan ini bisa menyentuh setiap sisi
kehidupan kita. Sisi keputusan terhadap suatu masalah, sisi keluarga, sisi
pekerjaan, sisi studi, dan sisi masa depan. Baik konteks jangka pendek, dalam
hitungan menit atau hari sampai jangka panjang yang dihitung dengan tahun,
bahkan kehidupan kelak yang akan kita jalani.
Bingung, bimbang, kegelisahan adalah tiga serangkai
yang biasanya cukup membuat seseorang tersiksa dalam hidupnya. Tidak ada yang
mau dihinggapi perasaan itu. Setiap kita slalu ingin kejelasan, ketenangan dan
kepastian.Tetapi ternyata tidak selamanya bingung membawa bencana, adakalanya
bingung, bimbang, gelisah adalah merupakan anugerah.
Kenikmatan yang akan membawa kita kepada kenikmatan yang lain.
Bingung merupakan bagian proses kehidupan, proses yang akan menghantarkan kita kepada suatu tujuan. Tujuan kebaikan dan kesenangan.
Untuk mencapai tujuan itu, kita harus melalui terminal bingung tersebut. Kebingungan
tidak selamanya petaka. Kebimbangan tidak mesti bencana. Kegelisahan tidak
harus siksaan.
Walaupun, selalu saja kebingungan adalah merupakan
ketidaktenangan hati, tetapi dengan hasil yang positif setelahnya kita memang
harus melalui lorong bingung ini, maka kebingungan ini adalah bagian tersendiri
karunia.
Dalam konteks dunia, bimbang, gundah, gelisah
adalah merupakan pendorong lahirnya sebuah ilmu dan penemuan besar. Bimbang
adalah merupakan tunas rasa penasaran
terhadap satu ilmu. Tanpa penasaran dan ketidaktahuan untuk terus mencoba
bahkan mungkin gelisah tidak akan ada karya besar. Tanpa tantangan semuanya
berjalan datar dan biasa saja. Dengan tantangan, akan ada karya besar.
“Kalau
keinginan hati ini besar, maka fisik ini lelah mengikutinya” kata seorang
penyair, ya... karena dia ingin hidupnya tidak biasa seperti kebanyakan orang,
dia inginmembuat karya yang besar dan mungkin belum pernah dibuat orang lain.
Lelah memang, tetapi inilah resiko kebesaran yang harus ditempuh.
Begitulah, justru disaat hati ini tidak pernah
terusik melihat dosa, kita harus cepat memeriksa iman kita, jangan – jangan
iman kita benar telah pergi karena tidak nyaman berdampingan dengan dosa yang
selalu menghitamkan hati kita.
Bimbang, bingung, gelisah adalah telisik iman
ketika ia mulai bercampur dengan dosa, maka bersyukurlah bahwa iman itu masih
memiliki suara dihati kita, jangan bungkam bisikannya.
Bimbang, bingung, gelisah adalah terminal
peringatan jangan berhenti dipemberhentian sementara ini, lanjutkan hingga rasa
itu mempersembahkan karya besar dalam hidup kita didunia & di akhirat. (Nurannida**, by: Tarbawi. Ed.68/1424H)