Kamis, 27 Desember 2012

Langkah

Iringi, tiap langkah kita dengan Kekuatan Do'a,
Semoga Allah SWT meluruskan niat yang bengkok, usaha menjadi ladang ibadah dan Ia senantiasa menuntun dalam jalan kebaikan,
sahabat, inilah do'a pahlawan proklamator dalam setiap perjuangannya...

Saja tidak tau akan diberi hidup oleh Tuhan sampai umur berapa,

Tetapi permohonanku kepada-Nja ialah,

Supaja hidupku itu hidup yang bermanfaat,

Bermanfaat bagi tanah air dan bangsa,

Manfaat bagi sesama manusia.

Permohonan ini saja pandjatkan pada tiap sembahjang,

Sebab Dialah asal segala asal,

Dialah "Purwaning Dumadi"...

Soekarno, 6 Juni 1957

Walaupun berat dan ia seorang tokoh hebat, Semoga kita termotivasi untuk banyak - banyak berdo'a dan berusaha agar jauh lebih luar biasa dari beliau... manusia boleh saja menilai, tapi penilaian dimata Allah SWT yang utama.Keep Hamasah!!!
*Muhasabah

Selasa, 18 Desember 2012

Do'a

(Taufik Ismail,1966)

Tuhan kami
Telah nista kami dalam dosa bersama
Bertahun membangun kultus ini
Dalam pikiran yang ganda
Dan menutupi Hati Nurani

Ampuni kami
Ampunilah
Aamiin

Tuhan kami
Telah terlalu mudah kami
Menggunakan asmaMu
Bertahun di negri ini
Semoga Kau rela menerima kembali
Kami dalam barisanMu

Ampunilah kami
Ampunilah
Aamiin

Sabtu, 15 Desember 2012

Tidak mudah limbung karena bingung, telisik iman...



Bingung itu biasa. Bimbang sudah lumrah. Gundahpun pernah dialami siapapun, tetapi mampu bertahan disaat bingung adalah luar biasa, tidak limbung dan tetap kokoh pada pondasi hidup yang benar adalah istimewa. Bertahan dan tetap kokoh menjadi istimewa dan luar biasa memang tidak mudah. Banyak yang jatuh dari puncak kebingungan tersungkur ke jurang putus asa, karena bimbang tak kunjung berakhir dalam keputusan hidupnya, menghantarkan rencana ke depan dan menguburkan harapan – harapan.
Kebingungan ini bisa menyentuh setiap sisi kehidupan kita. Sisi keputusan terhadap suatu masalah, sisi keluarga, sisi pekerjaan, sisi studi, dan sisi masa depan. Baik konteks jangka pendek, dalam hitungan menit atau hari sampai jangka panjang yang dihitung dengan tahun, bahkan kehidupan kelak yang akan kita jalani.
Bingung, bimbang, kegelisahan adalah tiga serangkai yang biasanya cukup membuat seseorang tersiksa dalam hidupnya. Tidak ada yang mau dihinggapi perasaan itu. Setiap kita slalu ingin kejelasan, ketenangan dan kepastian.Tetapi ternyata tidak selamanya bingung membawa bencana, adakalanya bingung, bimbang, gelisah adalah merupakan anugerah. Kenikmatan yang akan membawa kita kepada kenikmatan yang lain.
Bingung merupakan bagian proses kehidupan, proses yang akan menghantarkan kita kepada suatu tujuan. Tujuan kebaikan dan kesenangan. Untuk mencapai tujuan itu, kita harus melalui terminal bingung tersebut. Kebingungan tidak selamanya petaka. Kebimbangan tidak mesti bencana. Kegelisahan tidak harus siksaan.
Walaupun, selalu saja kebingungan adalah merupakan ketidaktenangan hati, tetapi dengan hasil yang positif setelahnya kita memang harus melalui lorong bingung ini, maka kebingungan ini adalah bagian tersendiri karunia.
Dalam konteks dunia, bimbang, gundah, gelisah adalah merupakan pendorong lahirnya sebuah ilmu dan penemuan besar. Bimbang adalah merupakan tunas rasa penasaran terhadap satu ilmu. Tanpa penasaran dan ketidaktahuan untuk terus mencoba bahkan mungkin gelisah tidak akan ada karya besar. Tanpa tantangan semuanya berjalan datar dan biasa saja. Dengan tantangan, akan ada karya besar.
Kalau keinginan hati ini besar, maka fisik ini lelah mengikutinya” kata seorang penyair, ya... karena dia ingin hidupnya tidak biasa seperti kebanyakan orang, dia inginmembuat karya yang besar dan mungkin belum pernah dibuat orang lain. Lelah memang, tetapi inilah resiko kebesaran yang harus ditempuh.
Begitulah, justru disaat hati ini tidak pernah terusik melihat dosa, kita harus cepat memeriksa iman kita, jangan – jangan iman kita benar telah pergi karena tidak nyaman berdampingan dengan dosa yang selalu menghitamkan hati kita.
Bimbang, bingung, gelisah adalah telisik iman ketika ia mulai bercampur dengan dosa, maka bersyukurlah bahwa iman itu masih memiliki suara dihati kita, jangan bungkam bisikannya.
Bimbang, bingung, gelisah adalah terminal peringatan jangan berhenti dipemberhentian sementara ini, lanjutkan hingga rasa itu mempersembahkan karya besar dalam hidup kita didunia & di akhirat. (Nurannida**, by: Tarbawi. Ed.68/1424H)

Sholat itu Indah...


"Shalat itu indah.

 Bahwa kamu menumpahkan semua uneg-unegmu tanpa sungkan,

 Bahwa kamu menangis sampai tempat sujudmu basah. 

Inilah bentuk lain dari nikmat Allah,

 Yang selalu mengajakmu bersabar. 

Agar langit menjadi persambungan shalatmu, 

Harapanmu, juga semua amarah dimatamu,

 Agar kesedihanmu menjadi naungan teduh 

Yang memberimu ketenangan.

Ya, ketenangan yang akan memaksamu terus berjalan”

(Bila Laut Mulai Bosan Pada Warnanya,dalam buku peluru ini untuk siapa)

"Sahabat, Kau adalah Cerminku..."


Saat ini episode persahabatan kita sedang berada diputaran bawah, sungguh terasa berat ganjalan hati ini, sungguh terasa perih bila teringat indahnya kebersamaan kita, walaupun rasa rindu ini terhadap masa itu menggebu -gebu namun tertahan dengan keegoisan hati karna sikap mu dan juga sikap ku. Sahabat, dimasa perenungan ini ku banyak belajar memahami mu, ku salahkan hati ini terus-menerus. tuk mencari dimana letak permasalahan kita. Ku maki diriku mengapa kau jadi seperti ini?, ternyata ini salah ku...

Pernah Ku coba dengan menebalkan kesabaranku, namun ini tak merubah dan engkaupun tak berubah!!, berlarut-larut kau jatuh pada lubang yang sama namun aku tetap diam. Ternyata ini adalah awal dari kesalahan ku...

Sampai akhirnya, kita berada diputaran bawah... ku baru menyadari ternyata ini dan memang nyata-nyata ini salahku, Sahabat demi persahabatan kita, ku ambil keputusan ini, ku langkahkan jalan berbeda, hari ini... saat ini... detik ini...

“Sahabat banyak waktu yg kita habiskan bersama,
Sahabat banyak cerita yg kita ukir berdua,ada sedih,tangis, haru, tawa & canda
Sahabat kita dipertemukan dalam takdir-Nya,

Sahabat... MAAF bila aku melukaimu...
Sahabat... MAAF bila sudut pandang kita berbeda & aku memilih keyakinan ku...
Sahabat... MAAF bila senyuman, ucapan & perbuatan ku tak sehangat & senyaman dulu...
Sahabat... MAAF bila ku tak sejalan lagi dengan mu...
Sahabat... bagaimanapun Aku, bagamanapun Kau, kita tetaplah Sahabat...
Sahabat..., karna kau... adalah cermin ku, karna Aku... adalah cermin mu.

Sahabat... Terimakasih, kebersamaan itu.
Sahabat... Terimakasih, tuk Cinta itu.”
Sahabat... Terimakasih, karna kau tlah menjadi Cermin ku...

Semoga Allah SWT, meluruskan hati, mensucikan tujuan & merangkai cerita yang lebih manis & indah, tentang persahabatan kita kembali, dilain waktu dan masa , Aamiiiin......
                                                                                                              (Bekasi, 28/10/11, Nurannida**)

Senin, 10 Desember 2012

Tak ada Penghalang dalam Kebaikan



 
“Karena perbuat baik banyak disalah gunakan, saat ada yang membutuhkan malah diabaikan...”
Itulah kesimpulan yang saya dapat dari beberapa peristiwa, berikut sedikit saya uraikan, semoga saja bisa berbagi pengalaman. Beberapa hari lalu terjadi disamping rumah, seorang pemulung sampah membawa gerobak, usianya kira-kira 45 tahunan entah apa yang terjadi, tiba-tiba tubuhnya roboh jatuh disamping tong sampah yang sedang dikaisnya.. orang-orang yang tak sengaja melihat hanya datang menonton, namun banyak pula yang masuk kerumah, malah ada yang tutup pintu tak ingin tersangkut urusan kalau-kalau si pemulung kenapa-napa, salahkah sikap mereka ???.
 Ada lagi kisah seorang pasien pengguna Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat), program dari pemerintah. Mendaftarkan anggota keluarga yang sakit dengan seluler smartphone digenggaman dan sepeda motor keluaran terbaru saat membawanya, tertera alamat pasien tinggal di perumahan, potret kehidupan tersebut berbanding terbalik dengan seorang pasien umum (bayar dengan uang pribadi) hidup serba kekurangan, tinggal dipinggiran gunung sampah, membesarkan anaknya seorang diri karena suami yang tak jelas rimbanya, hidup bersama dengan dua orang tua yang sudah renta yang salah satunya sakit stroke. Saat musim hujan, bebannya kian bertambah-tambah karena tempat tinggalnya tertelan banjir, lalu dimana rasa keadilan itu???.
Selanjutnya yaitu dilema yang slalu mengusik walaupun positif thinking selalu kita kedepankan, yaitu saat bertemu anak-anak pengamen, peminta-minta di sudut-sudut jalanan, dari angkot ke angkot, walaupun tangan memberi, tapi hati rasanya masih di selimuti gundah, was-was bila mana uang kita di salah gunakan (belum ikhlas jadinya), malah terkadang saya milih-milih orang dalam memberi, atau saya menimbang-nimbang baik buruknya, dan akhirnya tiba pada kesimpulan tak memberi saja. Menimbang – nimbang kebaikan, haruskah???.
Fenomena ini memang sering terjadi, dari kejadian-kejadian sederhana sampai besar, yang ujungnya menjadi kabur tak ada penyelesaiannya, kenapa menolong itu menjadi berat bahkan nyaris langka, saat banyak orang-orang yang memang membutuhkan uluran tangan kita, jadi terabaikan dan kesempatan hilang sia-sia, apakah karena ulah segelintir orang yang menyalah gunakannya???, kemudian siapakah yang salah? Lalu bagaimana mendapatkan rasa keadilan itu? Atau berharap agar kebaikan yang dilakukan tepat sasarannya...
 Pelik, memang namun saya memilih bercermin diri, saat mendapati cerita dari ibu kalau pagi tadi ada seorang pengemis yang tak kuat lagi menahan lapar merelakan uang yang didapat Rp. 3000, untuk membeli nasi dengan lauk seadanya, spontan saya lemas mendengarnya karena teringat kegemaran saya berbelanja barang-barang yang terkadang kurang bermanfaat bisa raib dengan mudahnya.
Apakah ini miniatur kepekaan yang semakin menipis dalam diri kita?tergerus perlahan namun pasti hingga individualisme lebih diagungkan, ataukan budaya konsumtif dan mengekor hedonisme yang sekarang menjadi sebuah kebutuhan?sehingga berbuat kebaikan yaitu peduli pada sekitar bukan lagi sebuah kebutuhan atau kenikmatan, dan saya menyadari ternyata berbuat baik bukanlah untuk menyenangkan orang lain atau membantu saja, namun yang kita beri semua kembali kepada kita sendiri, yaitu bekal kebahagiaan kita dalam menjalani hidup kini dan nanti, dan saya masih harus banyak-banyak belajar dan berbenah diri...
Semoga kita selalu diingatkan, dikumpulkan dan diluruskan dalam jalan kebaikan, ringan mengucapkan rasa syukur dan diberi limpahan rizki oleh-Nya hingga dapat menolong lebih banyak lagi pada sesama,aamiin... (Bekasi,22 juni 2012, Nurannida**)