“bila hati
bersemi.... bila cinta itu berbunga”
“bila hati
itu retak... bila cinta itu pupus...”
Lagi – lagi cinta mengisi cerita, dunia tanpa cinta seperti
sayur tanpa garam.., lho kok bisa? ya bisa, itu kata buku yang judulnya ARMANUSA lho, sedikit review, kisahnya tentang seorang putri
raja yang mencari cinta sejati, ada kutipan puisi indah didalamnya,
“Cinta
Adakah yang mampu menandingi cinta??
Bila emas yang paling berharga
didunia
Setiap orang pasti membutuhkannya
Tak peduli maharaja atau pengemis
yang papa
Tapi sang maha raja tak membutuhkan
emas
Oleh sebab harta karunnya tlah
melimpah ruah
Tetapi siapa yang dapat menolak
garam
Yang dibutuhkan setiap hari, setiap
hadirnya masakan
Tanpa garam, tak ada kelezatan
Tanpa cinta, tak ada kehidupan”
Bila tak ada emas maka
kita bisa menggantinya dengan berlian, intan, zambrud atau barang berharga
lainnya tapi dapatkah kita mengganti garam?(hmmm... tentu jawabnya Tidak toh?)
gula/cuka/cabai, tentu berbeda rasanya dengan garam. Jadi, sebuah fakta bila
Cinta ternyata ada kaitan dengan Garam (he...).
Cinta atau benci, awalnya cinta tak berbalas kemudian benci,
awalnya benci namun terimbas kemudian tumbuh jadi cinta, tipis sekali batasnya,
seperti jari telunjuk dan jari tengah saling berhimpit, tak berjarak. Rasa
cinta bisa jadi benci, rasa benci bisa jadi cinta... (aneh bin heran, tapi
memang begitu ). Bila kita review tentu sudah banyak cerita - cerita benci
karena cinta ataupun sebaliknya, tak perlulah dijabarkan siapa & bagaimana cerita
– cerita tsb.
Nah, ini biasa yang dapat dilihat kalau orang sedang dilanda
cinta atau benci, walau rasanya berbeda, sebenarnya sama (red:cinta/benci)
yaitu:
1.
Resah/galau/jenuh/bete, walaupun keadaan
sekeliling berbeda (menyenangkan).
2.
Semangat bisa naik bisa juga menurun
3.
Tidak fokus/pikiran bercabang
4.
Napsu makan bisa naik bisa juga turun
5.
Mencari ‘pendengar’, untuk curhat.
6.
Emosi sulit
dikendalikan bahkan terkadang berlebihan (Tertawa/menangis).
7.
Sensitifnya berlebihan, apa saja slalu dihubung – hubungkan
dengan diri.
8. Kalau tak kuat iman bisa melakukan hal - hal
diluar kewajaran ( Nekat!!!, ini yg ghaswaat...)
Terus,
cinta yang bagaimanakah yang akan kita rangkai atau kita rajut?, tentu
pengennya cinta yang sebenar - benarnya cinta (hakiki/sejati), tak menuntut,
tak meminta (nrimo juga legowo kalau versi jowo, he...), cinta apa adanya tak
dibuat - buat, tak dipaksa, mencintai kelebihan plus kekurangan bukan seperti
istilah “klo abang ada uang ku sayang,
klo ngga ya ta’ tendang”, cinta seharusnya senang bila si dia bahagia
walaupun bukan dengan kita akhirnya, karena cinta tak harus memiliki dan
dimiliki... (penulis tak memungkiri bila kalimat ini terkesan sedikit sok
ikhlas, sok idealis tapi namanya manusia tentu butuh proses sampai ketahapan
itu dan tetap harus disampaikan walaupun berat). Kadang putaran kisah hidup ini
diwarnai bumbu – bumbu penguji cinta, bila teruji maka loloslah ikatan itu
menjadi lebih kokoh dan kuat, namun bila gagal maka rasa benci atau sakit hati
bahkan dendam yang akan diingat dari sebuah awalan yang bernama “CINTA”.
Cinta
terhadap seseorang bukanlah hal tabu untuk dirasakan, bukanlah sesuatu yang
harus dipendam atau dikubur bila kita merasa getaran itu dengannya, namun dalam
bingkai Islam, rasa itu telah ditinggikan tingkatannya. Tak sembarang orang
bisa meraihnya, tak sembarang hati bisa memilikinya, tak sembarang bibir ringan
mengucapkannya (intinya ngga diobral lah atau bukan barang murah), karena Allah
SWT telah mengatur cara – cara mendapatkan cinta itu secara indah, sehingga
semakin indahlah seorang hamba merasakan cinta yang diperolehnya... mengapa sih
Allah mengatur cinta? Karena cinta yang tak terbentengi dengan baik, ternodai
oleh hawa nafsu semata seperti, karena ia cantik, manis, pintar, kaya, muda,
tinggi, kurus, bangsawan, indo(hmmmm...), sempurna(paraahh,malaikat kalee..) dan
alasan - alasan lainnya.
Padahal
Rasulullah telah menunjukkan lebih mengutamakan si calon pasangan yang baik
agamanya. (mengapa?) bila ia tak terbungkus dengan bingkai agama, maka kita telah
membuka peluang syetan untuk bermain didalamnya (Nauzubillah minzalik.....) sehingga
rasa benci pun dengan mudah dihembuskan oleh syetan, bila akhirnya tak terbalas
dan bila terbalas pun hasilnya semu dan sesaat (Astagfirullah...). Cinta
didasari bukan dengan kalimat “Karena, dia...” tapi baiknya didasari kalimat
“Walaupun, dia...”.
Semoga
kita menjadi bagian yang mendapatkan, menjaga, menempatkan dan menerapkan cinta
sebagaimana Allah SWT telah mengaturnya. Semoga CINTA kita itu semakin
Menguatkan dan dikuatkan Sang Pencipta CINTA, Aamiiiin..........
“Bila perlu waktu lama mendapatkannya, maka akan ku
tunggu dengan segala rasa cinta ku kepada-Mu ya Rabb, karena ku tau Kau tak
pernah lupa & salah memberinya kepada hamba-hambaMu yang sabar” (Nurannida** 07/11/11)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar